Selasa, 03 Mei 2016

Ternak Sapi Potong Tropis



Perkembangan bioteknologi di bidang peternakan sudah sangat pesat sehingga saat ini bermunculan beberapa bangsa sapi potong baru, baik berasal dari persilangan maupun rekayasa genetik. Semua bangsa sapi potong yang ada di dunia memiliki klasifikasi zoologis sebagai berikut;
Filum               : Chordata
Kelas               : Mamalia
Ordo                : Artiodaktili
Sub Ordo        : Ruminansia
Famili              : Bovidae
Genus              : Bos
Bangsa sapi potong tropis adalah bangsa sapi potong yang berasal dari belahan dunia beriklim tropis. Bos indicus (sapi bangsa Zebu) merupakan bangsa sapi potong berponok dari daerah tropis di Asia yang kita kenal sekarang ini. Bangsa sapi potong tropis merupakan salah satu bangsa yang menjadi bibit sapi potong. Bibit ternak merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam usaha peternakan sapi potong, selain faktor pakan, perkandangan, penyakit, limbah dan penanganan panen. (Sudarmono dan Sugeng , 2008).
Ciri-ciri umum bangsa sapi potong tropis adalah sebagai berikut: umumnya berpunuk, walaupun ada yang tidak berpunuk, pada bagian ujung telinga meruncing, kepala panjang dengan dahi sempit, kulit longgar dan tipis (5-6 mm), kelenjar keringat besar, timbunan lemak rendah, garis punggung bagian tengah berbentuk cekung dan bagian tunggingnya miring, memiliki bahu pendek, halus dan rata.Selain itu, memiliki kaki yang panjang sehingga bergerak lincah. Lambat dewasa, rata-rata berat maksimal 250-650 kg dapat dicapai pada umur 5 tahun. Bentuk tubuh sempit dan kecil. Ambing kecil. dan produksi susu rendah. Tahan terhadap suhu tinggi dan kehausan. Kadar air yang terkandung dalam kotoran rendah. Toleran berbagai jenis pakan sederhana yang kandungan serat kasar tinggi. Tahan terhadap gigitan nyamuk dan caplak. Berikut ini adalah beberapa jenis sapi tropis yang popular;
1. SAPI BALI
 

Sapi Bali adalah bangsa sapi potong lokal asli Indonesia yang berasal dari banteng (Bibos banteng) yang telah didomestikasi atau dijinakkan. Sapi Bali mempunyai angka reproduksi yang tinggi, tingkat adaptasi yang sangat baik terhadap kondisi pakan yang jelek dan lingkungan yang panas serta mempunyai persentase karkas dan kualitas daging yang bagus.
Ciri fisik sapi bali yaitu berwarna bulu merah bata, pada jantan akan menjadi hitam saat dewasa, memiliki warna putih dengan batas yang jelas pada bagian belakang paha, pinggiran bibir atas, kaki bawah mulai tarsus dan carpus, mempunyai gumba yang bentuknya khas serta terdapat garis hitam yang jelas pada bagian atas punggung (Hardjosubroto, 1994).
Karakteristik Sapi Bali yaitu memiliki kemampuan untuk mempertahankan kondisi dan bobot badannya meskipun dipelihara di padang gembalaan yang kualitasnya rendah. Disamping itu, kemampuannya mencerna serat dan memanfaatkan protein pakan lebih baik daripada sapi lainnya. Pada umur 1,5 tahun bobot sapi bali mencapai 217,9 kg.  Dari segi produksi karkas, sapi bali memiliki persentase karkas yang tinggi dari pada sapi unggul lainnya. Persentase karkas sapi bali berkisar 56-57%.
2. SAPI MADURA
 

Sapi Madura adalah bangsa sapi potong lokal asli Indonesia yang terbentuk dari persilangan antara banteng dengan Bos indicus atau sapi Zebu (Hardjosubroto dan Astuti, 1994), yang secara genetik memiliki sifat toleran terhadap iklim panas dan lingkungan marginal serta tahan terhadap serangan caplak. Karakteristik sapi Madura yaitu bentuk tubuhnya kecil, kaki pendek dan kuat, bulu berwarna merah bata agak kekuningan tetapi bagian perut dan paha sebelah dalam berwarna putih dengan peralihan yang kurang jelas; bertanduk khas dan jantannya bergumba. 
Sapi Madura berasal dari pulau madura dan pulau-pulau di sekitarnya. Ciri-ciri punuk diperoleh dari Bos indicus sedangkan warna diwarisi dari Bos sondaicus. Ciri-ciri fisik Sapi Madura yaitu baik jantan ataupun betina sama-sama berwarna merah bata, paha belakang berwarna putih, kaki depan berwarna merah muda, tanduk pendek beragam. Pada betina kecil dan pendek berukuran 10 cm, sedangkanpada jantannya berukuran 15-20 cm. Panjang badan mirip Sapi Bali tetapi memiliki punuk walaupun berukuran kecil. Persentase karkas dari sapi madura ini dapat mencapai 48 %.
3.SAPI ACEH
 

Sapi Aceh adalah sapi potong turunan dari grading-up persilangan antara sapi Ongole dengan sapi lokal setempat. Bangsa sapi yang juga banyak ditemukan di Sumatera Utara selain di Aceh ini memiliki bobot badan dewasa yang dapat mencapai rata-rata 300 kg – 450 kg pada jantan dan 200 kg – 300 kg pada betina. Adapun ciri-ciri fisik sapi Aceh antara lain; berpunuk, bertanduk, bulu berwarna cokelat merah atau warna menjangan. Sapi Aceh merupakan salah satu bangsa sapi potong daerah tropis yang digunakan peternak Indonesia sebagai bibit sapi potong.

4. SAPI ONGOLE
 

Sapi Ongole adalah sapi potong impor berasal dari India, dibudidayakan di Indonesia secara murni di pulau Sumba, sehingga dikenal pula sebagai sapi Sumba Ongole. Pada perkembangannya selain di pulau Sumba, saat ini sapi Ongole telah tersebar di Sulawesi Utara, Kalimantan dan Jawa.  Di pulau Jawa, sapi ini dikenal sebagai sapi Benggala. Keunggulan dan performa produksi Sapi Ongole yaitu; Pertambahan Berat Badan (PBB) bisa mencapai 0,47 kg – 0,81 kg per hari, Berat Badan jantan dewasa rata-rata 550 kg – 600 kg dan betina 350 kg – 450 kg, tahan terhadap panas dan parasit, daya hidup pedet sangat baik, daya produksi yang baik dalam kondisi jelek, dapat dimanfaatkan juga sebagai sapi pekerja.
Ciri–ciri fisik sapi Ongole adalah 1) Bulu berwarna variasi setelah berumur 1 tahun dari putih sampai putih kelabu dengan campuran kuning oranye kekelabuan, dimana pada leher, ponok dan kepala sapi jantan berwarna putih keabu-abuan serta lututnya berwarna hitam. 2) Anak sapi yang baru lahir sering berwarna cokelat, kepala berukuran panjang, telinga sedang agak menggantung. 3) Tanduk berukuran pendek pada jantan dan berukuran lebih panjang pada betina. 4) Ponok bulat dan besar. 5) Gelambir lebar dan menggantung serta berlipat-lipat mulai dari leher melalui perut sampai dengan ambing atau tali pusar. 6)Tinggi badan dapat mencapai 150 cm pada jantan dan 135 cm pada betina 7) Rata-rata pertambahan berat badan harian (ADG) dapat mencapai 0,4-0,6 kg/ hari dengan hasil silangnya (keturunannya) memiliki ADG yang dapat mencapai 0,28 kg/hr. 8) Adanya warna hitam yang mengelilingi lubang mata yang biasa disebut cicin mata.

5. SAPI PERANAKAN ONGOLE
 

Sapi Peranakan Ongole atau sapi PO adalah sapi potong hasil grading up, sapi lokal setempat dengan sapi Ongole. Pada perkembangannya sapi ini banyak ditemukan di Grobogan, Wonogiri dan Gunung Kidul (Jawa Tengah), di Magetan, Nganjuk dan Bojonegoro (Jawa Timur), serta di Aceh dan Tapanuli Selatan. Bangsa sapi yang diyakini populasinya jauh lebih banyak dibandingkan dengan sapi lokal lain ini memiliki keunggulan dan performa produksi sebagai berikut : – BB dewasa mencapai 584 kg – 600 kg, masa fattening 3 bulan – 5 bulan, PBB 0,8 kg – 1 kg, persentase karkas 45%, tahan terhadap panas dan parasit, mampu berproduksi dengan baik dalam kondisi jelek, daya hidup pedet sangat baik, dapat dimanfaatkan juga sebagai sapi pekerja dan jinak.

6. SAPI BRAHMAN
Sapi Brahman (sapi pedaging) impor, berasal dari India dan berkembang dengan sangat baik di Amerika Serikat, sehingga dikenal pula sebagai sapi American Brahman.Pada perkembangannya sapi Brahman telah tersebar di daerah tropis dan subtropis termasuk Australia dan Indonesia. Bangsa sapi yang termasuk sapi Zebu ini memiliki keunggulan dan performa produksi sebagai berikut : masa fattening 3 bulan – 4 bulan, PBB bisa mencapai 0,83 kg – 1,5 kg per hari, bahkan ada juga yang menyebut dapat 1,5 kg – 2 kg per hari, BB jantan dewasa mencapai  800 kg  dan betina 550 kg, persentase karkas 48,6% – 54,2%, tingkat fertilitas yang tinggi, mampu tumbuh sama baiknya di daerah tropis dan subtropis, mampu tumbuh cepat di daerah yang kurang subur dengan pakan yang sederhana, tahan terhadap panas dan parasit, bobot pascasapih dan daya hidup pedet yang baik 
Ciri – ciri fisik sapi brahman sebagai berikut : tubuh berukuran besar dan panjang dengan kedalaman yang sedang, punggung lurus, kaki berukuran sedang sampai panjang, bulu berwarna abu-abu muda atau merah atau hitam, dimana pada jantan menunjukkan , warna yang lebih gelap daripada pada betina, kepala panjang, telinga menggantung, tanduk berukuran sedang, lebar dan besar, kulit longgar dan halus dengan ketebalan yang sedang, ponok berukuran besar pada jantan dan berukuran kecil pada betina, gelambir berukuran besar dan tumbuh hingga bawah perut dan tali pusar .
7. Sapi Brahman Cross (BX)



Sapi Brahman Cross (BX) pada awalnya dikembangkan di stasiun CSIRO’S Tropical Cattle Research Centre di Rockhampton Australia. Materi dasarnya adalan American Brahman, Hereford dan Shortron. Sapi BX mempunyai proporsi 50% darah Brahman, 25% darah Hereford, dan 25% darah Shorthron. Secara fisik bentuk fenotip sapi BX lebih cenderung mirip sapi American Brahman karena proporsi darahnya yang lebih dominan, seperti punuk dan gelambir masih jelas, bentuk kepala dan telinga besar menggantung. Sedangkan warna kulit sangat bervariasi mewarisi tetuanya. Di Indonesia sapi BX di impor dari Australia sekitar tahun 1973 namun penampilan yang dihasilkan tidak sama dengan di Australia.
Sifat-sifat Sapi Brahman Cross (BX) antara lain; persentase kelahiran 81,2%, rataan bobot lahir 28,4 kg, bobot umur 13 bulan mecapai 212 kg dan umur 18 bulan bisa mencapai 295 kg, angka mortalitas postnatal sampai umur 7 hari sebesar 5,2%, mortalitas sebelum disapih 4,4%, mortalitas setelah sapih sampai umur 15 bulan sebesar 1,2% dan mortalitas dewasa sebesar 0,6%, daya tahan terhadap panas cukuo tinggi karena produksi panas basal rendah dengan mengeluarkan panas yang efektif, tahan terhadap parasit dan penyakit, serta efisiens dalam penggunaan pakan terletak antara sapi Brahman dan persilangan Hereford Shorthron (Turner,1997 dalam Priyo, 2008). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar